Wednesday, August 11, 2010

Kisahmu, dari kacamataku.

178cm, 22 tahun dan bertelapak kaki aneh.

Musiknya aneh, bisa didengarkan, namun kadang sering membuatku mengerenyit kebingungan. Ia mengaku sebagai audiophile, aku mengiyakan. Berpuluh lagu ia perkenalkan padaku, beberapa tersangkut di pikiran dan masuk menjadi playlistku. Seringnya ia menodong tiba-tiba, meminta pasokan lagu untuk didengarnya. Mana aku tahu, jawabku. Kau harus tahu, jawabnya. Dan dengan segera aku mengunjungi situs yang berisi latest chart. Ia pemaksa, aku pengiya.
Ia senang bercanda, sedikit tidak biasa. Fisik adalah andalan utamanya. Badannya memang sudah seperti beruang madu, kelakuannya sungguh jauh dari lugu. Sering aku jadi korban kejahilannya, pasrah saja. Sekali ia jahil, untuk berhenti itu adalah hal yang mustahil. 
Lucunya tak biasa. Serius, kata itu sudah tertato di dahinya. Bercanda dengannya harus terus melibatkan logika. Kepalaku sering pusing dibuatnya. Sekali ia berhasil melucu, tawaku meledak tak henti, serius deh, ia sungguh lucu, tapi kau harus lama menunggu.
Waktu itu, kami sedang membicarakan jalanan. Lalu kami berbelok patah membicarakan agama dan kepercayaan. Rentetan pemikiran meluncur lancar dari mulutnya. Membuatku tersenyum hangat, karena beberapa yang ia katakan benar-benar sama seperti apa yang disampaikan sang Buya. Hatiku menetapkan tempat.
Sosok itu begitu kukenal. Dari ujung kaki sampai puntiran rambutnya. Aku tahu segelintir mimpinya. Waktu itu, di suatu subuh yang terang, ia berbagi mimpi. Menjadi dosen pada masa tua, katanya. Belajar dan bekerja di luar negeri saat masa produktif, ceritanya.
Aku mengangguk, mendengarkan, mencerna dan mengingatnya baik-baik. Mimpinya begitu banyak, aku berdoa semoga semua itu menjadi nyata.
Sungguh masih banyak yang bisa kuceritakan tentangnya. Yang pasti menurut orang lain biasa saja, buatku segalanya. Tak apa. 
Untuk jiwa yang indah, aku berdoa, semoga kau selalu mendapat keteduhan yang menyejukkan.
Untuk mimpi yang kaya, semoga, semua itu bisa terus berguna untuk siapa saja.
Untuk hati yang mungkin terbuka, semoga ruang itu bisa diisi berdua. Bersamaku dan kita bisa saling mencinta. Dengan kesadaran yang ada dan ketulusan yang tak ada akhirnya.

No comments: