Saturday, July 3, 2010

Si dia dan si lainnya.

"Aku mencintaimu"
"Apa sih?"

Saat itu, dua insan yang mengaku sebagai sahabat sejati, duduk berhadapan. Yang satu mengangkat kaki, membaca buku sambil menyelipkan rokok di mulutnya. Yang lainnya duduk di lantai, berkutat dengan landskapnya.

"Kubilang, aku mencintaimu."
"Ya ya"
"Mencintaimu betul-betul. Aku ingin memelukmu sepuasku, memandangimu sampai bosan, mencium setiap jengkal tubuhmu"
"Kau mencintai tubuhku. Beep, maaf anda salah nomor telp. Silahkan hubungi si tubuh."
"Kau sungguh bebal"
"Kau sungguh bodoh"

Si dia yang merokok pergi sambil mematikan rokoknya asal-asalan. Setengah kesal. Memilih membaur dengan ekosistem kamar mandi. Si lainnya membanting balok landskap dan mengumpat.

"Kau mau apa lagi?"
Teriak si lainnya kepada pintu kamar mandi.

"Aku mau kau diam, ssssst."
"Lalu apa, lalu apa?? Aku mencintaimu, kamu dengar tidak??"

"Aku dengar, lalu apa? kau mau tubuhku, hah? Ini. Ambil."
Si dia yang tidak merokok keluar dari kamar mandi, membuka baju. Matanya menantang. Marah mengalahkan malu.

"Aku ingin mencintaimu, mencintai hatimu, mencintai tubuhmu, mencintai jiwamu, menjejakinya lembut, menjaganya sepenuh hati. Tidak seperti ini.."
Si lainnya mendekat, membekap dan bernafas pelan di leher si dia yang sedang tidak merokok. Nafas berat dengan beban, mengutuki si dia yang tak kunjung mengerti.

Malam itu, mereka bercinta.
Malam itu, diawali dengan nafas berat di leher dan diakhiri dengan ciuman puas, yang juga terletak di leher.
Malam itu, si lainnya menyampaikan cintanya ke tubuh itu. Sementara si dia menangis diam-diam.
Malam itu, si dia berharap, untuk kesekian kalinya.
"Pagi cantik!! Hari ini aku ke bali sama Jen. See you on friday"
si dia membaca koran pagi, dengan rokok menyelip di bibirnya.

"See you, fuck you"
"Galaknya..Bye Love!"
Si lainnya melambai santai kearah si dia dan membanting pintu tanda kepergiannya. Si dia membanting koran dan menangis diam. Menangisi kebodohan telaknya yang telah jatuh cinta kepada manusia berhati pasir itu. Jatuh cinta seada-adanya. Sejak pertama kali bertatap muka. Baginya tak apa, jika derita jadi penghuni tetap hidupnya. Asal lelaki hati pasir itu tetap disisinya, berpura jadi sahabat sudah lebih dari cukup baginya.

2 comments:

ecess said...

sastra mesuuumm..akakaka
blom pollow little lo dr sindang!

faela shafa said...

blom nyampe sastra selangkangan kan tapinya hahaha